komponen elektronika 2

1
BAB I
KOMPONEN ELEKTRONIKA
1.1. RESISTOR
Tahanan listrik pada sebuah penghantar dilambangkan dengan R dan
diidentifikasikan dengan rumus : R = V/I
dimana : R = Tahanan dalam Ohm
V = Tegangan dalam Volt
I = Arus dalam Ampere
Tahanan merupakan komponen yang didesain untuk memiliki besar tahanan tertentu dan
disebut pula sebagai resistor. Resistor dikategorikan menjadi 2, yaitu :
1. Resistor linear : resistor yang bekerja sesuai dengan hukum ohm
2. Resistor non linear : dimana perubahan nilai karena kepekaan tertentu
a. Fotoresistor : peka terhadap cahaya
b. Thermistor : peka terhadap panas
c. Resistor yang tergantung pada tegangan listrik
Resistor Linear
Simbol sirkit untuk resistor linear diperlihatkan pada gambar berikut dan unit satuannya
adalah ohm (simbol huruf yunani omega, W). Satuan lain yang umum dipangkatkan tiga.
kiloohm (KW) 1000 ohm
megaohm (MW) 1000000 ohm
simbol resistor linear
dalam banyak diagram sirkit dan literatur pabrik, koma desimal ditunjukkan oleh posisi
huruf multiplier, contoh :
4700 W = 4,7 K W = 4K7
3300000 W = 3,3 M W = 3M3
6,8 W = 6R8
Selain itu digunakan suatu sistem huruf untuk menunjukkan toleransi :
F = + 1% G = + 2% J = + 5% K = + 10% M = + 20%
2
Contoh : tentukan nilai resistor yang terlihat pada gambar berikut :
Jawab :
Resistor tersebut mempunyai nilai tahanan sebesar 1,8KW + 5%
Banyak pabrik yang memproduksi berbagai macam resistor yang mungkin terbuat dari
lilitan kawat, pita, film metal, film oksida dan unsur karbon. Persentase toleransi
mempengaruhi nilai resistor yang ada dalam batas-batas tertentu. Nilai nominal dipilih,
sehingga batas-batsa toleransi saling menyesuaikan atau tumpang tindih. Nilai nominal
tersebut ad alah nilai-nilai pilihan.
Contoh : Hitunglah batas resistor dengan toleransi 10%
1. 100W dapat menjadi 90W sampai 110W
2. 120W dapat menjadi 108W sampai 132W
Nilai-nilai nominal itu dipilih dalam rentang 100-1000 dan kemudian dibuat bersamasama
dalam kelipatan 10. Ukuran pilihan dalam batas toleransi 10% adalah 100, 120,
150, 180, 220, 270, 330, 390, 470, 560, 680, 820.
Kerusakan yang sering terjadi yang paling umum pada resistor adalah putusnya tahanan.
Untuk menguji suatu tahanan, tahanan tersebut dilepas terlebih dahulu dari rangkaian
dan dihubungkan ke ohmmeter. Jika tahanan masih baik maka pada ohmmmeter akan
menunjukkan sebuah nilai yang masih dalam batas toleransinya.
Tanda Warna
Secara fisik dan umum nilai resistor ditunjukkan oleh kode -kode warna berupa gelanggelang
warna yang ada pada resistor tersebut. Besarnya nilai gelang diperlihatkan pada
tabel kode warna berikut :
3
Tabel Kode Warna
Gelang I Gelang II Gelang III Gelang IV
Warna
Angka 1 Angka 2 Pengali Toleransi
Hitam - 0 1 -
Coklat 1 1 10 -
Merah 2 2 100 -
Oranye 3 3 1000 -
Kuning 4 4 10000 -
Hijau 5 5 100000 -
Biru 6 6 1000000 -
Ungu 7 7 10000000 -
Abu-Abu 8 8 100000000 -
Putih 9 9 1000000000 -
Perak 0,01 + 10%
Emas 0,1 + 5%
+ 20%
Contoh :
coklat = 1
abu-abu = 8
merah = 00
emas = + 5%
nilai resistor 1800W + 5%
Hubungan resistor secara seri
Apabila resistor yang dipasang seri seperti gambar dibawah maka sesuai dengan hukum
ohm jumlah hambatan yang dihasilkan adalah penjumlahan seluruh nilai dari resistor
tersebut.
didapat persamaan :
V = I . R
Rtotal = R1 + R2
V1 = I1 ( R1 + R2 )
VR1 = V1 . [R1/(R1+R2)]
IR1 = IR2
V1 = VR1 + VR2
4
Hubungan resistor secara pararel
Apabila resistor yang dipasang pararel seperti gambar dibawah maka sesuai dengan
hukum ohm jumlah hambatan yang dihasilkan adalah ekivalen dengan RT yaitu :
didapat persamaan :
V1 = VR1 = VR2 = VR3
V1 = Ia . RT
(1/RT) = (1/R1) + (1/R2) + (1/R3)
Ia = I1 + I2 + I3
1.2. KAPASITOR
Kapasitor banyak digunakan dalam sirkit elektronik dan mengerjakan berbagai
fungsi. Pada dasarnya kapasitor meru pakan komponen penyimpan muatan listrik yang
dibentuk dari dua permukaan yang berhubungan tapi dipisahkan oleh satu penyekat. Bila
elektron berpisah dari satu plat ke plat lain akan terdapat muatan diantara kedua plat
medium penyekat tadi. Muatan ini diseb abkan oleh muatan positif pada plat yang
kehilangan elektron dan muatan negatif pada plat yang memperoleh elektron.
Apabila diantara kedua plat diberikan tegangan 1 volt maka kapasitor dapat
menyimpan muatan listrik sebesar 1 coulomb, maka kapasitas dari kapasitor tersebut
adalah 1 farad. Maka besarnya kapasitansi dapat dihitung dengan rumus :
Kapasitansi C = ( Muatan Q / Tegangan V )
Setiap Kapasitor memiliki batas tegangan yang jika dilewati akan menyebabkan
kerusakan. Batas tegangan tersebut dinamakan breakover voltage atau working voltage,
sebelum kapasitor digunakan dalam sebuah rangkaian kita harus mengetahui tegangan
tertinggi yang mungkin terjadi pada rangkaian tersebut. Tegangan kapasitor harus
melebihi tagangan yang mungkin akan terjadi.
5
Pengisian Kapasitor
Kapasitor dapat diisi oleh suatu supply DC seperti pada gambar berikut :
Ketika saklar S ditutup, tegangan Vs akan menyebabkan arus mengalir ke dalam salah
satu sisi kapasitor dan keluar dari sisi yang lainnya, arus ini tidak tetap karena ada
penyekat dielektrik sehingga arus menurun ketika muatan pada kapasitor meninggi
sampai VC=VS ketika i=0
Pengosongan Kapasitor
Pengosongan kapasitor hampir sama dengan pengisian, dengan dihilangkannya supply
sirkuit menjadi terhubung singkat.
Ketika saklar S dibuka, arus mengalir dari salah satu sisi kapasitor yang mengandung
muatan listrik ke sisi yang lainnya. Ketika VC menjadi nol maka arus juga menghilang.
Kalau dihubungkan dengan sirkuit ac (bolak-balik), kapasitor akan terisi oleh tegangan
searah dan kemudian menutup aliran arus selanjutnya, serta kapasitor akan terisi dan
kosong secara kontinyu dan arus bolak -balik mengalir dalam sirkuit.
6
1.3. INDUKTOR
Bentuk dasar sebuah induktor adalah kawat yang dililitkan menjadi sebuah koil
seperti gambar berikut :
jika terdapat arus yang mengalir pada induktor maka akan terbentuk medan magnet, jika
arus tersebut berubah maka medan magnet tersebut akan berubah pula. Jika arus
meningkat maka medan magnet juga akan meningkat. Perubahan medan magnet ini
akan menginduksi suatu tegangan pada koil. Hal ini terjadi karena suatu sifat yang
disebut dengan induksi diri atau sering disebut dengan induktansi.
induktasi adalah ukuran kemampuan sebuah induktor untuk membangkitkan suatu
tegangan induksi sebagai akibat dari perubahan arus yang mengalir pada induktor.
Induktor dapat menyimpan energi di dalam medan magnet yang dihasilkan oleh arus.
Induktor dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Induktor dapat menyimpan energi di dalam medan magnet yang dihasilkan oleh arus.
Besar energi dinyatakan dengan rumus : W = ½.L.I2
dimana : W = energi dalam Joule
L = induktansi dalam Henry
I = arus dalam Ampere
Pengujian Induktor
Kerusakan yang sering terjadi adalah putus.Untuk menguji induktor, kedua ujungnya
dihubungkan dengan ohmmeter. Jika induktor putus maka jarum penunjuk ohmmeter
tidak akan bergerak atau menunjukkan nilai tak terhingga. Jika induktor masih bagus
akan menunjukkan nilai tertentu tergantung dengan jumlah lilitan yang ada pada
induktor tersebut. Terkadang jika induktor terlalu panas sehingga pelindung lilitan
meleleh maka satu lilitan atau lebih akan bersentuhan keadaan ini dapat diketahui
dengan melihat nilai ohmmeter cenderung mendekati angka nol. Namum akan lebih baik
jika alat ukur yang akan digunakan dalam pengujian induktor ini adalah LC Meter karena
jika hanya satu lilitan atau beberapa lilitan ohmmeter akan menunjukkan induktor masih
dalam keadaan baik.
7
1.4. DIODA
Diode modern dibuat dari bahan semikonduktor. Pada mulanya diode dibuat dari bahan
germanium karena bahan ini lebih mudah dipakai untuk memurnikan bahan dasar apabila
dibandingkan dengan silikon, namun semua peralatan germanium mempunyai kelemahan
yaitu akan rusak bila suhu naik. Setelah pemurnian silikon mencapai tingkat yang
dibutuhk an, peralatan silikon mulai muncul. Sekarang pasaran semikonduktor benarbenar
dikuasai oleh silikon.
Diode merupakan bahan dengan 2 terminal dan terbentuk dari dua jenis semikonduktor
(silikon jenis n dan silikon jenis p) yang tersambung. Bahan ini mampu dialiri arus secara
relatif mudah dalam satu arah. Diode dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran serta
amat berguna. Pada simbol diode menyerupai anah panah yang menunjukkan arah aliran
arus listrik.
Forward Bias dan Reverse Bias
Apabila anoda atau katoda sebuah dioda diberikan suatu tegangan maka kondisi dioda
dalam keadaan forward bias (mendapat tegangan maju) atau reverse bias (mendapat
tegangan mundur). Kondisi tersebut dapat digambarkan pada rangkaian berikut.
pada kondisi forward bias, dioda menghantarkan arus listrik dari anoda ke katoda dan
mengaliri rangkaian dan dioda dalam keadaan on, sedangkan jika katoda dari dioda
diberikan tegangan positif maka kondisi dioda adalah reverse bias dan dioda tidak dapat
menghantarkan arus listrik atau keadaan dioda adalah off.
8
BAB II
ALAT UKUR DAN PENGUKURAN
2.1. Satuan dan Standar
Ilmu pengukuran listrik merupakan bagian integral dari pada ilmu fisika.
Kebanyakan alat ukur yang digunakan sekarang pada prinsipnya sama dengan alat ukur
konvensional, tetapi sudah banyak mengalami perbaikan tentang ketelitiannya
Untuk menetapkan nilai dari beberapa besaran yang bisa diukur, harus diketahui
dulu nilai, jumlah dan satuannya. Jumlah biasanya ditulis dalam bentuk angka-angka
sedangkan satuannya menunjukkan besarannya.
Pengertian tentang hal ini adalah penting dan harus diketahui dan disetujui
bersama oleh teknisi-teknisi antara bangsa-bangsa karena dengan melihat macam
satuannya maka dapat diketahui besaran pada alat ukurnya.
Untuk menetapkan sistrem satuan ini dibentuklah suatu komisi standar
internasional. Sistem satuan yang pertama adalah C.G.S. (Centimeter, Gram, Second)
sebagai dasar. Ada dua sistem C.G.S. yang digunakan yaitu C.G.S. elektrostatis dan
C.G.S. elektrodinamis. Dalam pengukuran listrik yang banyak digunakan adalah yang
kedua.
A. Sistem Satuan C.G.S. dan Satuan Praktis
Satuan-satuan praktis yang sering digunakan dalam pengukuran -pengukuran besaran
listrik adalah :
Arus Listrik ( I ) = Ampere ( A )
Tegangan ( V ) = Volt ( V )
Tahanan ( R ) = Ohm ( W )
Daya Semu ( S ) = Voltampere ( VA)
Daya Nyata ( P ) = Watt ( W )
Daya Reaktif ( Q ) = Voltampere reaktif ( VAR )
Induktansi ( L ) = Henry ( H )
Kapasitansi ( C ) = Farad ( F )
Muatan Listrik ( Q ) = Coulomb ( C )
B. Sistem Satuan M.K.S.
Tahun 1901 diusulkan sistem satuam Meter, Kilogram, Second (M.K.S.). Sistem ini
merupakan pengembangan sistem C.G.S. dimana panjang dalam meter, berat dalam
kilogram dan waktu dalam detik. Sehingga dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
Luas = m2
Volume = m3
Kecepatan = m/det
9
Gaya = newton
Kerja, Energi = joule
Daya = watt
Kuat arus = ampere
Tegangan = volt
Alat Ukur
Secara umum alat ukur ada 2 type yaitu :
- Absolute Instruments
Merupakan alat ukur standar yang sering digunakan di laboratorium-laboratorium
dan jarang dijumpai dalam pemakaian di pasaran lagi pula alat ini tidak memerlukan
pengkalibrasian dan digunakan sebagai standar.
- Secondary Instruments
Merupakan alat ukur dimana harga yang ditunjukkan karena adanya penyimpangan
dari alat penunjuknya dan ternyata dalam penunjukan ada penyimpangan maka alat
ini harus lebih dulu disesuaikan/dikalibrasi dengan membandingkan dengan absolute
instruments atau alat ukur yang telah lebih dulu disesuaikan.
Alat ukur dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a. Alat ukur analog – jarum
b. Alat ukur digital – angka elektronik
2.2. Kesalahan dalam Pengukuran
Didalam pengukuran listrik selalu dijumpai kesalahan -kesalahan hasil
pengamatan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena sipengamat maupun oleh keadaan
sekitarnya (suhu) atau dari alat ukur sendiri yang membuat kesalahan. Kesalahan dari
konstruksi alat sendiri besarnya ditentukan oleh pabrik. Sebelum dibahas tentang
kesalahan ini, maka perlu diketahui beberapa istilah yang dalam pengukuran listrik
adalah sebagai berikut:
- Ketelitian (Accuracy) : angka yang menunjukkan pendekatan dengan harga yang
ditunjukkan sebenarnya dari pada besaran yang diukur
Contoh :
Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka
kesalahan pengukurannya adalah 1% X 10A = 0,1A sehingga harga sebenarnya dari
hasil pengukurannya adalah (10 + 0,1)A.
10
- Presisi : kemampuan dari alat ukur dalam pengukurannya, bila dalam
pengukurannya. Bila dalam pengukurannya kesalahannya kecil, maka presisinya
tinggi, presisi ini hubungannya juga dengan accuracy.
- Sensitivitas : kemampuan alat ukur dengan input yang kecil sudah didapat
perubahan output yang besar atau penyimpangan jarum penunjuk yang besar.
Satuan sensitivitas: ohm/volt, secara umum sensitivitas ini hanya terdapat pada alat
ukur voltmeter dimana tahanan dalam dari voltmeter tersebut besarnya adalah
sensitivitas x dengan batas ukur voltmeter
- Error (kesalahan)
a. Relative Error : merupakan perbandingan antara besarnya kesalahan terhadap
harga yang sebenarnya. Bila harga pembacaan adalah M sedang harga
sebenarnya adalah T maka kesalahannya adalah [(M-T)/T]*100% yang
dinyatakan dalam persentase, besar kecilnya error menunjukkan presisi dari alat
ukur.
b. Kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran.
- karena konstruksi yang besarnya ditentukan oleh pabrik atau berdasarkan kelas alat
ukur tersebut
- karena pembacaan jarum penunjuk, disebabkan karena jarum penunjuk kurang
runcing, bayangan jarum penunjuk (kesalahan paralax)
- karena letak alat ukur
- karena metode pengukuran
- karena temperatur
- karena ketidakpastian rangkaian
- karena kesalahan lain
2.3. Klasifikasi Alat Ukur
Menurut prinsip kerja dan konstruksi dari pada alat ukur listrik dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Alat ukur kumparan putar magnet permanen (PMMC)
Alat ukur ini konstruksinya terd iri dari sebuah kumparan (coil) yang dapat bergerak
atau berputar bebas yang ditempatkan dalam medan magnet permanen. Jarum
penunjuk diletakkan pada kumparan putarnya.
11
Cara kerja :
Bila kumparan dialiri arus searah
maka kedua sisi kumparan yang
berada dalam medan magnet akan
timbul gaya Lorentz yang arahnya
sesuai dengan kaidah tangan kiri
Fleming
kedua gaya ini akan memberikan momen (kopel) sehingga kumparan akan berputar
pada sumbunya dan berhenti pada kedudukan kumparan sejajar dengan bidang
netral magnetik.
b. Alat ukur besi putar (Moving Iron Instrument)
Konstruksi dari alat ukur ini terdiri dari kumparan tetap dan sepasang besi lunak
mudah mengalami demagnetisasi, besi lunak tersebut ditempatkan dalam ruang
antara kumparan tetap dimana besi lunak yang satu ditempatkan menempel dengan
kumparan tetap sedang besi lunak yang lain berhubungan dengan sumbu as dari
jarum penunjuk sehingga dapat berputar/bergerak bebas.
Cara kerja :
Bila ada arus yang mengalir pada kumparan
maka ruangan tersebut akan ada medan
magnet yang mengakibatkan kedua besi
lunak tersebut demagnetisasi dan bersifat
sebagai magnet permanen. Pasangan besi
lunak tersebut mempunyai sepasang kutub
yang sama sehingga kutub -kutub yang
sejenis akan tolak menolak dan besarnya
penyimpangan terg antung dari besarnya
arus yang lewat pada kumparan.
12
c. Alat ukur elektrodinamis
Konstruksi terdiri dari kumparan putar dan kumparan tetap, medan magnet
dibangkitkan oleh kumparan tetap yang mempunyai bagian dua gulungan yang
dipasang pararel satu sama lain sedang rangkaian elektrisnya dari kedua kumparan
tersebut terhubung seri atau pararel.
Cara kerja :
Prinsip kerjanya sama dengan PMMC hanya saja medan magnet terjadi dibangkitkan
oleh kumparan tetap
d. Alat ukur elektrostatis
Alat ukur ini bekerja atas dasar gaya
elektrostatis sebagai akibat interaksi antara
dua elektroda yang mempunyai beda
potensial
Cara kerja :
Bila tegangan yang akan diukur ditempatkan diantara elektroda tetap dan elektroda
berputar maka pada elektroda putar akan mendapatkan momen putar yang
sebanding dengan V2 elektroda ini dibuat sedemikian sehingga didapatkan skala
rata. Momen yang menyebabkan elektroda putar bergerak didapat dari medan
elektrostatis yang terjadi diantara kedua keping elektroda yang berttindak sebagai
kondensator. Alat ukur ini untuk mengukur tegangan yang tinggi
e. Alat ukur induksi
Alat ukur ini terdiri dari piringan logam yang dapat berputar pada porosnya dan dua
buah kumparan tetap.
13
Cara kerja :
Bila kumparan induksi dilalui
arus maka akan timbul
medan magnet bolak-balik
sehingga menimbulkan arus
putar pada piringan logam
dan akan membangkitkan
pula medan magnet
sehingga interkasi kedua
medan magnet ini akan menimbulkan momen putar/gerak pada piringan logam.
Penggunaan Ampere Meter, Volt Meter dan Ohm Meter
a. Ampere Meter
Untuk mengukur arus dapat digunakan ampere
meter, cara pemasangan ampere meter dengan
beban dimana arus tersebut mengalir harus
dihubungkan seri, penyimpangan jarum penunjuk
menunjukkan besarnya harga arus yang tertera, bila
arus yang ditunjukkan melebihi dari batas ukur
maka ampere meter tersebut akan rusak.
Memperbesar batas ukur/range ampere meter
- besaran arus searah
bila batas ukur misalnya imA yang akan
digunakan mengukur arus yang melebihi imA
maka harus dipasang tahanan pararel Rshunt
dengan ampere meter
Ish = ( I - i ) mA
VAB = i . Ri
VAB = Ish . Rsh
i . Ri = Ish . Rsh
Rsh = (i/Ish) . Ri
14
- besaran arus bolak-balik
bila batas ukur misalnya imA yang akan
digunakan mengukur arus yang melebihi
imA maka harus dipasang impedansi
pararel Zshunt dengan ampere meter
Zi = Ri + jwL
Zsh = Rsh + jwLsh
b. Volt Meter
Untuk mengukur tegangan dari
pada terminal atau ujung dari
suatu rangkaian dapat digunakan
volt meter yang ditempatkan
pararel terhadap beban yang
hendak diketahui tegangannya.
Bila tegangan yang diukur
melebihi tegangan batas ukur dari voltmeter maka alat ukur tersebut akan rusak.
Memperbesar batas ukur dari voltmeter
- besaran arus searah
untuk memperbesar batas ukur dari voltmeter maka volmeter tersebut dipasangkan
seri dengan tahanan Rshunt.
VAB = i . Rsh + v
V = i . Rsh + v
i . Rsh = ( V – v )
i . Rsh = V – ( i . Ri )
Rsh = ( V/i ) – Ri
15
- besaran arus bolak-balik
untuk mengukur tegangan AC, harga impedansi
total antara Rsh dan impedansi dalam dari
voltmeter tergantung pada frekwensi. Untuk
memperkecil kesalahan ini maka kapasitor C
dipararelkan dengan Rsh, sehingga Rsh akan
bersifat non induktif untuk mengkompensasi
induktansi L dari meter
Tahanan dan Pengukurannya
Tahanan adalah suatu elemen listrik yang mengambil disipasi energi berupa panas
sedang tahanan ideal bila diberi tegangan diantara ujung-ujungnya maka tegangan
tersebut akan sebanding dengan arus yang mengalir pada tahanan tersebut.
Pengukuran tahanan
Pada umumnya pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan :
a. tahanan rendah lebih kecil atau sama dengan 1ohm misalnya tahanan kontak,
tahanan lilitan kumparan mesin-mesin listrik
b. tahanan menengah 1 sampai 10Mohm, misalnya tahanan untuk keperluan alat
elektronik
c. tahanan tinggi lebih besar dari 10Mohm, misalnya tahanan isolasi
Metode pengukurannya dari berbagai cara seperti:
- metode penunjukkan langsung
dalam metode ini digunakan ohmmeter yang mempunyai batas ukur tertentu
- metode voltmeter-amperemeter
didalam metode ini digunakan dua cara merangkainya sebagai berikut :
16
- metode jembatan
mengukur tahanan dengan metode jembatan,
diusahakan jembatan dalam keadaan seimbang,
rangkaian terdiri dari 4 buah tahanan dan sumber
tegangan yang dihubungkan melalui 2 titik diagonal
dan pada titik diagonal yang lain dipasangkan
galvanometer seperti yang diperlihatkan pada gambar sebelah :
dari gambar tersebut Rx adalah tahanan yang diukur sedangkan tahanan P, Q dan S
tahanan yang besarnya sudah diketahui, untuk mencapai keseimbangan maka
tahanan R diatur sehingga pada galvanometer tidak ada penyimpangan, jadi arus
yang lewat galvanometer adalah nol.
- metode substitusi
rangkaian metode substitusi ditunjukkan
pada gambar berikut:
mula-mula kontak S pada posisi 1, AM
menunjukkan nilai, pada posisi 2 tahanan
R variabel diatur sehingga AM tetap menunjukkan nilai sebelumnya (posisi 1)
Oscilloscope
Cathoda Ray Oscilloscope (CRO) sangat berguna untuk mempelajari atau mengukur
sunyal-sinyal periodik berdasarkan X-Y ploter yang sangat cepat dengan frekwensi yang
tinggi dan impedansi input yang tinggi. Chatode Ray Tube (CRT) merupakan bagian
terpenting dari oscilloscope yang terdiri dari elektron gun (katoda) yang memancarkan
elektron.
Jumlah elektron yang dipancarkan diatur oleh potensial grid sedang anodanya (positip
changed plate) mempercepat gerak elektron tersebut yang akhirnya mencapai layar.
Tempat-tempat dimana elektron tersebut mengenai layar akan memberikan sinar karena
sifat -sifat phosfor yang menyelubungi layar.
17
Subsistem utama dari sebuah CRO untuk pemakaian umum ditunjukkan pada diagram
blok yang disederhanakan seperti pada gambar berikut :
Penjelasan setiap bagian dari CRO
a. tabung sinar katoda ( cathoda ray tube), tempat sinar katode merambat yang
ditebarkan dari elektron gun menuju layar yang terfluoresensi.
b. penguat vertikal (vertical amplifier), rangkaian penguat dengan beberapa tingkatan
sensitivitas yang biasanya dinyatakan dalam faktor defleksi (V/div)
c. saluran tunda (delay line), berfungsi untuk memperlambat sinyal yang telah
dikuatkan pada penguat vertikal yang digerakkan ke plat vertikal
d. generator basis waktu (time base generator), generator penyapu (sweep generator)
membangkitkan sebuah gelombang gigi gergaji yang digunakan sebagai tegangan
defleksi horisontal dalam CRT, berkas elektron disapu sepanjang layar CRT dari kiri
ke kanan (T/div)
e. penguat horisontal (horisontal amplifier), sebagai penguat sinyal dari generator basis
waktu dengan sensitivitas defleksi horisontal lebih kecil dari sensitivitas defleksi
vertikal
f. rangkaian pemicu (trigger circuit), rangkaian yang menghasilkan sebuah pulsa
pemicu yang digunakan untuk menghidupkan generator basis waktu
g. sumber daya (power supply), terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk
mengoperasikan CRT dan tegangan rendah untuk men-supply rangkaian elektronik
osiloskop.
18
BAB III
APLIKASI KOMPONEN
3.1. Penyearah Setengah Gelombang
Beberapa dioda khususnya yang dipakai dalam supply daya hanya dibutuhkan untuk
melewatkan arus listrik selama jangka waktu yang singkat dalam tiap siklusnya. Arus ini
biasanya beberapa kali lebih tinggi daripada arus muatan tetap. Oleh karena itu
diperlukan karakteristik operasi yang besar untuk dioda. Dioda mempunyai dua keadaan
yaitu ON dan OFF. Bila dioda diberi tegangan maju maka dioda dalam keadaan ON begitu
pula dengan sebaliknya.
Beberapa pengaturan dioda sederhana menghasilkan sejumlah supply daya dc dari
sumber ac. Penyearah setengah gelombang, seperti rangkaian berikut dan susunan ini
sudah jarang digunakan.
3.2. Penyearah Gelombang Penuh
Mengubah gelombang bolak-balik menjadi searah pada seluruh siklusnya, penyearah
gelombang penuh dengan CT dua rangkaian penyearah setengah gelombang dihantarkan
oleh satu buah dioda pada setengah siklus pertama dan dioda yang lain pada setengah
siklus berikutnya, seperti rangkaian berikut.
19
Penyearah gelombang penuh dengan jembatan dioda, susunan ini banyak digunakan,
walau menggunakan empat dioda pada umumnya harganya lebih murah dan dioda
tersebut terhubung secara pararel berpasangan pada siklus tengahan yang bergantian,
seperti rangkaian berikut.
3.3. Tapis Kapasitor/Penghalusan
Filter penghalus digunakan untuk meratakan supply ac ke suatu ripple kecil, filter ini
dibuat dari sebuah kapasitor elektris tunggal yang dihubungkan pararel dengan beban
yang akan dihaluskan, seperti rangkaian berikut.

Comments

Popular posts from this blog

RODA GIGI

pompa rotari

PERENCANAAN SAMBUNGAN SEKRUP/BAUT